- Back to Home »
- Bulan Biru Bukan Cuma Kiasan
Selasa, 13 Desember 2011
JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan Biru atau Blue Moon didefinisikan sebagai purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Bulan Biru pernah terjadi pada 31 Juli 2004 dan 31 Desember 2009.
Bulan Biru biasanya terjadi setiap 2,5 tahun dan hanya sekali dalam setahun. Namun, dalam periode 19 tahun sekali, Bulan Biru bisa terjadi dua kali dalam setahun. Pada 1999, misalnya, Bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret.
Terjadinya Bulan Biru berkaitan dengan lama penanggalan Masehi dan Bulan. Satu tahun dalam kalender Masehi berjumlah 365 hari, sementara dalam kalender Bulan 354 hari. Sisa hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun tertentu akan terjadi dua purnama dalam sebulan.
Penyebab terjadinya dua kali Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Sejarah mencatat, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi pada bulan Januari dan Maret.
Blue Moon dalam bulan Januari terjadi menjelang akhir bulan. Karena Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada bulan itu tak ada purnama sama sekali. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret. Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari.
Bulan Biru nyata
Bulan Biru biasanya dianggap sebagai kiasan karena sebenarnya bulan memang tidak tanmpak berwarna biru. Istilah Bulan Biru diberikan karena fenomena purnama dua kali dalam sebulan jarang terjadi. Meski demikian, sejarah juga mencatat bahwa Bulan Biru itu nyata. Artinya, Bulan memang tampak kebiruan.
Astronom Ma'rufin Sudibyo mengatakan, Bulan yang berwarna biru pernah terjadi pada tahun 1992, tepatnya saat terjadi gerhana Bulan 9 Desember 1992. Ma'rufin menjelaskan, sebagian kecil cakram Bulan saat gerhana tampak kebiruan. Adapun bagian lain tampak gelap, bukan kemerahan seperti biasanya.
Ia menjelaskan bahwa fenomena tersebut berkaitan dengan letusan Gunung Pinatubo. "Richard Keen, peneliti yang merekapitulasi citra Gerhana Bulan Total sejak masa Gunung Agung, mengatakan bahwa saat Gerhana Bulan total 1992 (bulan berwarna kebiruan) alasannya karena hamburan Matahari oleh ozon," jelas Ma'rufin.
Situs NASA menyebutkan bahwa Bulan yang tampak biru disebabkan oleh adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna merah (0,7 mikron). Partikel tersebut bisa bersumber dari abu letusan gunung berapi.
Bulan Biru paling fenomenal yang tercatat sejarah terjadi saat letusan Krakatau tahun 1883. Tidak hanya saat gerhana, Bulan juga tampak kebiruan setiap malam, entah sabit, separuh, ataupun purnama.
Berdasarkan penjelasan di situs NASA, Bulan berwarna biru tersebut terjadi selama bertahun-tahun sesudah letusan. Debu letusan Krakatau mengotori atmosfer dan menyebabkan sinar putih yang biasanya diperlihatkan Bulan tampak biru.
Bulan Biru juga terjadi setelah letusan Gunung St. Helen pada 1980 dan Gunung El Chicon di Meksiko tahun 1983.
Gerhana 10 Desember dan Bulan Biru
Contoh terakhir bulan yang tampak kebiruan terjadi pada Sabtu (10/12/2011) malam, saat Gerhana Bulan Total memasuki totalitas sekitar pukul 21.07 - 21.57 WIB. Ma'rufin yang mengamati fenomena tersebut dari Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Ia mengatakan bahwa Bulan yang berwarna kebiruan teramati oleh dua teleskop berbeda. Warna kebiruan cenderung menumpuk di satu titik. Berbeda dari gerhana Bulan total 1992, warna kebiruan pada gerhana kali ini dihiasi oleh warna merah pada bagian cakram Bulan yang lain.
Apa sebab Bulan yang tampak biru kali ini? Beberapa waktu lalu Gunung Merapi di Yogyakarta memang sempat meletus. Namun, Ma'rufin menguraikan bahwa warna kebiruan yang tampak tidak berkaitan dengan abu vulkanik Merapi. Buktinya, Bulan masih tampak kemerahan semalam.
Bulan dengan kelir kebiruan yang terjadi semalam tidak teramati di tempat selain Gombong. Oleh sebab itu, belum diketahui apakah fenomena tersebut lokal atau ekstraterestrial. Dengan demikian, belum tahu pasti sebab munculnya warna kebiruan.
"Itu yang masih misterius bagi saya. Satu hipotesa saat ini sih, kemungkinan itu cahaya hasil hamburan ozon," kata Ma'rufin.
Satu yang pasti, fenomena Bulan yang tampak kebiruan bukan hanya kiasan, melainkan nyata terjadi.
Bulan Biru biasanya terjadi setiap 2,5 tahun dan hanya sekali dalam setahun. Namun, dalam periode 19 tahun sekali, Bulan Biru bisa terjadi dua kali dalam setahun. Pada 1999, misalnya, Bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret.
Terjadinya Bulan Biru berkaitan dengan lama penanggalan Masehi dan Bulan. Satu tahun dalam kalender Masehi berjumlah 365 hari, sementara dalam kalender Bulan 354 hari. Sisa hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun tertentu akan terjadi dua purnama dalam sebulan.
Penyebab terjadinya dua kali Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Sejarah mencatat, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi pada bulan Januari dan Maret.
Blue Moon dalam bulan Januari terjadi menjelang akhir bulan. Karena Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada bulan itu tak ada purnama sama sekali. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret. Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari.
Bulan Biru nyata
Bulan Biru biasanya dianggap sebagai kiasan karena sebenarnya bulan memang tidak tanmpak berwarna biru. Istilah Bulan Biru diberikan karena fenomena purnama dua kali dalam sebulan jarang terjadi. Meski demikian, sejarah juga mencatat bahwa Bulan Biru itu nyata. Artinya, Bulan memang tampak kebiruan.
Astronom Ma'rufin Sudibyo mengatakan, Bulan yang berwarna biru pernah terjadi pada tahun 1992, tepatnya saat terjadi gerhana Bulan 9 Desember 1992. Ma'rufin menjelaskan, sebagian kecil cakram Bulan saat gerhana tampak kebiruan. Adapun bagian lain tampak gelap, bukan kemerahan seperti biasanya.
Ia menjelaskan bahwa fenomena tersebut berkaitan dengan letusan Gunung Pinatubo. "Richard Keen, peneliti yang merekapitulasi citra Gerhana Bulan Total sejak masa Gunung Agung, mengatakan bahwa saat Gerhana Bulan total 1992 (bulan berwarna kebiruan) alasannya karena hamburan Matahari oleh ozon," jelas Ma'rufin.
Situs NASA menyebutkan bahwa Bulan yang tampak biru disebabkan oleh adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna merah (0,7 mikron). Partikel tersebut bisa bersumber dari abu letusan gunung berapi.
Bulan Biru paling fenomenal yang tercatat sejarah terjadi saat letusan Krakatau tahun 1883. Tidak hanya saat gerhana, Bulan juga tampak kebiruan setiap malam, entah sabit, separuh, ataupun purnama.
Berdasarkan penjelasan di situs NASA, Bulan berwarna biru tersebut terjadi selama bertahun-tahun sesudah letusan. Debu letusan Krakatau mengotori atmosfer dan menyebabkan sinar putih yang biasanya diperlihatkan Bulan tampak biru.
Bulan Biru juga terjadi setelah letusan Gunung St. Helen pada 1980 dan Gunung El Chicon di Meksiko tahun 1983.
Gerhana 10 Desember dan Bulan Biru
Contoh terakhir bulan yang tampak kebiruan terjadi pada Sabtu (10/12/2011) malam, saat Gerhana Bulan Total memasuki totalitas sekitar pukul 21.07 - 21.57 WIB. Ma'rufin yang mengamati fenomena tersebut dari Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Ia mengatakan bahwa Bulan yang berwarna kebiruan teramati oleh dua teleskop berbeda. Warna kebiruan cenderung menumpuk di satu titik. Berbeda dari gerhana Bulan total 1992, warna kebiruan pada gerhana kali ini dihiasi oleh warna merah pada bagian cakram Bulan yang lain.
Apa sebab Bulan yang tampak biru kali ini? Beberapa waktu lalu Gunung Merapi di Yogyakarta memang sempat meletus. Namun, Ma'rufin menguraikan bahwa warna kebiruan yang tampak tidak berkaitan dengan abu vulkanik Merapi. Buktinya, Bulan masih tampak kemerahan semalam.
Bulan dengan kelir kebiruan yang terjadi semalam tidak teramati di tempat selain Gombong. Oleh sebab itu, belum diketahui apakah fenomena tersebut lokal atau ekstraterestrial. Dengan demikian, belum tahu pasti sebab munculnya warna kebiruan.
"Itu yang masih misterius bagi saya. Satu hipotesa saat ini sih, kemungkinan itu cahaya hasil hamburan ozon," kata Ma'rufin.
Satu yang pasti, fenomena Bulan yang tampak kebiruan bukan hanya kiasan, melainkan nyata terjadi.