- Back to Home »
- NEWS »
Rabu, 19 Januari 2011
Wikileaks Tantang Pentagon
REPUBLIKA.CO.ID,STOCKHOLM–Wikileaks tetap akan menampilkan 15 ribu dokumen perang Aghanistan kendati pejabat pertahanan Amerika Serikat meminta untuk membatalkannya. Dengan alasan kebebasan pers, Wikileaks akan membocorkan sisa dokumen dari 76 ribu dokumen yang sebelumnya telah dikeluarkannya.
”Organisasi ini (Wikileaks) tidak akan terancam oleh Pentagon atau kelompok lain,” tegas pendiri Wikileaks, Julian Assange, seperti dikutip AP di Stockholm. ”Kita lanjutkan penayangan bahan ini dengan hati-hati dan aman.”
Pentagon menentang keras rencana itu dengan alasan informasi rahasia yang bakal dipublikasi iti bias merusak keamanan dan risiko hidup berbagai pihak yang terkait dengan perang di Afghanistan.
Assange mengatakan, jika para pejabat pertahanan AS ingin mempertahankan nilai-nilai demokrasi yagn dimilikinya maka mereka harus melindunginya dengan nilai-nilai inti demokrasi mereka, yaitu kebebasan pers.
“Bila Pentagon mengancam akan mensensor organisasi pers, maka ini akan menjadi perhatian, tidak hanya untuk pers tetapi untuk Pentagon itu sendiri.”
Wikileaks kini sedang meneliti dokumen yang tersisa itu sebelum ditayangkan. Assange memperkirakan dibutuhkan waktu dua pekan untuk menyelesaikannya. Dia bakal bekerja asma dengan kalangan pers untuk merilis dokumen rahasia perang Aghanistan tersebut. Dokumen itu merupakan catatan mengenai perang di Afghanistan dalam kurun waktu 2004-2010.
Dokumen itu menarik perhatian pejuang Taliban. Mereka berjanji akan menggunakan dokumen itu untuk melacak orang-orang yang dianggap telah mengkhianati perjuangannya.
”Organisasi ini (Wikileaks) tidak akan terancam oleh Pentagon atau kelompok lain,” tegas pendiri Wikileaks, Julian Assange, seperti dikutip AP di Stockholm. ”Kita lanjutkan penayangan bahan ini dengan hati-hati dan aman.”
Pentagon menentang keras rencana itu dengan alasan informasi rahasia yang bakal dipublikasi iti bias merusak keamanan dan risiko hidup berbagai pihak yang terkait dengan perang di Afghanistan.
Assange mengatakan, jika para pejabat pertahanan AS ingin mempertahankan nilai-nilai demokrasi yagn dimilikinya maka mereka harus melindunginya dengan nilai-nilai inti demokrasi mereka, yaitu kebebasan pers.
“Bila Pentagon mengancam akan mensensor organisasi pers, maka ini akan menjadi perhatian, tidak hanya untuk pers tetapi untuk Pentagon itu sendiri.”
Wikileaks kini sedang meneliti dokumen yang tersisa itu sebelum ditayangkan. Assange memperkirakan dibutuhkan waktu dua pekan untuk menyelesaikannya. Dia bakal bekerja asma dengan kalangan pers untuk merilis dokumen rahasia perang Aghanistan tersebut. Dokumen itu merupakan catatan mengenai perang di Afghanistan dalam kurun waktu 2004-2010.
Dokumen itu menarik perhatian pejuang Taliban. Mereka berjanji akan menggunakan dokumen itu untuk melacak orang-orang yang dianggap telah mengkhianati perjuangannya.